Akademiaagarut.com — Dunia olahraga kerap identik dengan prestasi dan popularitas. Namun, di balik itu semua, terdapat problem laten yang sering luput dibicarakan: keberlanjutan finansial. Banyak klub dan akademi olahraga, khususnya di daerah, hanya bertahan sebentar karena bergantung pada donasi, sponsor musiman, atau kantong pribadi pengelolanya.
Akademi & Klub Voli Ananta Akraya Garut (AA Garut) menjawab tantangan ini dengan gagasan segar: membangun koperasi olahraga yang dikelola secara profesional dan berbasis komunitas.
Koperasi Bukan Hanya Simpan Pinjam
Gagasan koperasi dalam dunia olahraga sering dipersempit hanya dalam konteks keuangan. Namun, AA Garut ingin mengubah paradigma tersebut. Koperasi yang digagas mencakup produksi merchandise, penyelenggaraan event, jasa pelatihan, hingga penyewaan lapangan dan alat.
“Kami tidak ingin terus-terusan mengandalkan proposal atau belas kasihan sponsor. Dengan koperasi, kami bisa membangun ekonomi mandiri yang menopang pembinaan atlet,” ujar Fajar Santika, Direktur AA Garut.
Koperasi ini rencananya akan melibatkan orang tua siswa, alumni, pelatih, serta komunitas lokal yang memiliki keterkaitan dengan AA Garut. Mereka bukan sekadar anggota pasif, tetapi menjadi bagian dari keputusan strategis.
Ekonomi dan Olahraga, Dua Kaki yang Harus Kuat
Pentingnya sinergi antara ekonomi dan olahraga ini juga disadari oleh pemerintah daerah. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut, Ridzky Rizhnurdin, dalam beberapa kesempatan menyatakan dukungan terhadap model koperasi olahraga ini sebagai percontohan di Jawa Barat.
“Koperasi olahraga bisa menjadi instrumen pembangunan daerah. Kita dorong supaya setiap akademi atau klub memiliki fondasi ekonomi yang kokoh,” ujarnya.
AA Garut bahkan telah melakukan sejumlah uji coba, seperti menjual jersey dan merchandise hasil produksi lokal, membuka pelatihan kepelatihan berbayar, serta memfasilitasi pengelolaan event antarklub. Seluruh keuntungan dikelola transparan untuk menopang biaya operasional klub dan beasiswa atlet.
Model Kemandirian yang Layak Direplikasi
Kemandirian adalah kata kunci. Dalam sistem koperasi, tidak ada ketergantungan yang berlebihan kepada pihak eksternal. Bahkan dalam jangka panjang, koperasi olahraga dapat menciptakan lapangan kerja baru: admin koperasi, desainer produk olahraga, penyedia katering pertandingan, hingga transportasi atlet.
Model ini layak direplikasi di tempat lain. Tak hanya untuk voli, tapi juga untuk cabang lain seperti futsal, bulutangkis, bahkan pencak silat.
“Kami ingin memuliakan olahraga dari ekonomi yang bermartabat,” ungkap Fajar.
Mengubah Pola Pikir: Dari Konsumen ke Produsen
Koperasi olahraga juga berperan dalam membentuk mental para pelaku olahraga. Siswa akademi, misalnya, diajak untuk belajar bahwa mereka tidak hanya sebagai “konsumen” latihan, tetapi juga bagian dari komunitas yang harus produktif dan berkontribusi.
Dari sini lahir generasi baru atlet dan pelatih yang tidak hanya berpikir soal menang-kalah di lapangan, tetapi juga mampu berpikir strategis soal keberlangsungan sistem di belakangnya.
Olahraga Mandiri Adalah Masa Depan
AA Garut membuka cakrawala baru. Koperasi olahraga bukan hanya sekadar alat bantu, tapi bisa menjadi fondasi utama. Dengan sistem yang transparan, partisipatif, dan profesional, olahraga tak lagi menjadi beban, melainkan peluang besar untuk tumbuh bersama — sebagai atlet, pelatih, manajer, hingga pelaku ekonomi kreatif. (*)