Akademiaagarut.com – Di tengah semaraknya turnamen voli antarkampung (tarkam) yang makin menggeliat di Jawa Barat, nama Wiwid Wiyana masih menjadi magnet tersendiri. Lahir pada 30 November 1979, pria bertangan kidal asal Garut ini telah melanglang buana di dunia voli akar rumput sejak remaja. Usianya memang tak lagi muda, tapi api semangatnya tetap menyala di setiap lompat blok dan smash tajamnya.
Perkenalannya dengan voli bermula di usia 17 tahun, saat masih duduk di bangku SMP. Tanpa pelatih profesional atau fasilitas lengkap, Wiwid menimba ilmu dari lapangan kampung dan net buatan sendiri. Ia mematangkan naluri sebagai open spiker dan middle blocker, posisi ganda yang menuntut teknik sekaligus daya tahan tinggi.
โDulu main voli bukan buat cari nama. Tapi karena cinta. Voli itu napas saya,โ tutur Wiwid di sela-sela latihan sore.
Kariernya melejit di berbagai turnamen lokal seperti di Sumedang, Subang, Bandung, Kadipaten, hingga Majalengka. Salah satu pencapaian gemilangnya adalah menjadi juara Urug Cup 2005, sebuah turnamen bergengsi yang dikenal ketat dan penuh talenta lokal unggulan.
Puncak pengaruhnya terjadi saat ia membentuk klub UKA-UKA, yang menjadi rumah bagi para pemain muda bertalenta. Bersama pelatih senior Darus Sudarman, serta kolaborator seperti Dpanji (Fajar Santika) dan IVO Badai, Wiwid berhasil mengorbitkan sejumlah pemain besar. Salah satunya adalah Devita CS, pemain Proliga yang berhasil diboyongnya tampil di Bayongbong Cupโdan sukses meraih juara 1.
Tak berhenti di situ, Wiwid juga memboyong nama-nama besar lainnya seperti Sinsin dan Aulia, dua pemain Proliga yang memperkuat timnya di Dayeuh Handap Cup. Lagi-lagi, tim besutannya keluar sebagai juara.
Namun, hidup Wiwid tak lepas dari ujian. Ia sempat mengalami cedera engkel yang cukup serius, membuat performanya menurun. Belum pulih sepenuhnya, pandemi COVID-19 datang menghantam. Klub UKA-UKA terpaksa dibekukan. Tapi semangatnya tak ikut tenggelam.
Pasca pandemi, Wiwid bangkit kembali. Ia menggandeng Dpanji untuk membentuk klub baru bernama POKEMON (Pokokna Kemon)โklub tarkam yang tak hanya konsisten menyabet gelar juara di berbagai kejuaraan lokal, tapi juga menjadi pelabuhan bagi para “raja tarkam” dari berbagai daerah.
โKami bukan hanya kumpulan pemain. Tapi keluarga. Tempat semua yang cinta voli bisa berkembang,โ kata Wiwid, tersenyum dengan sorot mata penuh semangat.
Kini, babak baru dimulai. Wiwid bergabung di Akademi Ananta Akraya (AA) Garut, sebuah akademi dan klub bola voli progresif di bawah kepemimpinan Fajar Santika alias Dpanji. Di AA Garut, Wiwid tak sekadar menjadi pemain senior. Ia juga menjadi pembina mental dan karakter, berbagi ilmu serta nilai-nilai luhur voli kepada generasi penerus.
โAA Garut bukan sekadar klub. Ini rumah baru saya. Di sini saya ingin mewariskan semangat, bukan hanya teknik,โ ungkapnya dengan nada tenang tapi penuh keyakinan.
Wiwid Wiyana adalah bukti bahwa tekad dan cinta pada olahraga bisa membuat seseorang bertahan lebih lama dari usia, lebih kuat dari luka, dan lebih bermakna dari sekadar kemenangan.
Meski tubuhnya tak lagi seprima dulu, ia masih aktif bermain, melatih, dan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di kampung-kampung Garut dan sekitarnya. Ia adalah bukti bahwa legenda sejati tak pernah benar-benar pensiun.
โSelama masih bisa berdiri, saya akan main. Voli adalah hidup saya. Dan saya akan terus berbagi, selama Tuhan izinkan,โ tutupnya pelan.
Wiwid Wiyana bukan hanya pemain. Ia adalah penjaga nyala voli kampung. Ia adalah warisan jiwa. (*)