Akademiaagarut.com — Dunia olahraga, termasuk bola voli, bukan hanya soal pertandingan dan skor. Di balik performa atlet di lapangan, ada sistem dan manajemen yang harus dihormati dan dijalankan secara profesional. Salah satunya adalah prosedur peminjaman atlet antar klub yang kini mulai menjadi sorotan, khususnya di Garut.
Seiring semakin banyaknya turnamen yang digelar dari tingkat desa hingga kabupaten, kebutuhan tim akan pemain tambahan pun meningkat. Sayangnya, praktik “membajak” atlet atau mengajak main tanpa izin resmi dari klub asal masih kerap terjadi.
Direktur Utama Akademi & Klub Voli Ananta Akraya (AA) Garut, Fajar Santika alias D’Panji, menegaskan bahwa setiap atlet yang bernaung di bawah akademi dan klub profesional wajib mengikuti aturan internal dan menjunjung tinggi etika olahraga.
“Atlet kami bukan hanya binaan biasa. Mereka bagian dari sistem pembinaan berjenjang. Kalau ingin meminjam, ya harus sesuai prosedur—konfirmasi ke manajemen dulu. Jangan asal ajak, apalagi diam-diam. Itu tidak sehat bagi ekosistem voli,” ujar D’Panji, Sabtu (6/7/2025).
Ia menambahkan bahwa dalam setiap peminjaman, ada pertimbangan fisik, jadwal latihan, agenda internal, dan tanggung jawab moral yang harus diperhitungkan. Klub juga harus memastikan bahwa sang atlet tidak mengalami kelelahan berlebihan yang bisa berpengaruh pada performa dan risiko cedera.
Hal senada diungkapkan Wakil Direktur AA Garut, Ilmi Girindra. Menurutnya, AA Garut juga membuka ruang diskusi dan edukasi kepada para atlet serta klub-klub lain di Garut agar memahami pentingnya prosedur resmi ini.
“Tidak sedikit klub atau panitia turnamen yang masih belum terbiasa dengan proses peminjaman atlet secara administratif, sehingga praktik yang seharusnya profesional seringkali diabaikan,” katanya.
“Kita tidak sedang menyulitkan siapa pun. Tapi kalau mau tumbuh bersama, ya harus terbiasa dengan tata kelola yang baik. Kami siap bantu prosesnya, asal komunikasinya terbuka dan resmi,” ujarnya.
Sebagai akademi yang menyiapkan atlet sejak usia dini hingga tingkat profesional, AA Garut merasa bertanggung jawab dalam membentuk mental dan karakter pemain, termasuk bagaimana mereka bersikap terhadap klub yang telah membina mereka.
“Kami ingin anak-anak ini tumbuh menjadi atlet yang tahu terima kasih, tahu aturan, dan bisa dipercaya di mana pun mereka berada nanti. Maka, peminjaman atlet pun harus melibatkan mereka dalam proses pembelajaran disiplin dan tanggung jawab,” tegas Fajar Santika (D’Panji).
Memperkuat Sistem Transfer dan Kontrak
Selain prosedur peminjaman, AA Garut mulai mengembangkan sistem transfer pemain internal dan eksternal, termasuk pencatatan kontrak kesepakatan secara tertulis bagi pemain-pemain potensial. Ini adalah upaya menuju pengelolaan klub profesional seperti halnya di cabang olahraga besar lainnya.
“Kita sedang menyusun draft sistem transfer dan kontrak yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan kemampuan masing-masing pihak. Kami ingin beri teladan, bahwa pengelolaan klub bisa dilakukan dengan etika dan sistem yang baik,” tutur Ilmi Girindra, Wakil Direktur.
Langkah ini sekaligus membentuk kepercayaan publik bahwa akademi dan klub seperti AA Garut bisa menjadi model pengelolaan modern berbasis edukasi, karakter, dan prestasi.
Saatnya Ekosistem Voli Garut Naik Kelas
Apa yang dilakukan oleh AA Garut menjadi penanda bahwa pembinaan olahraga tak bisa dilakukan secara instan atau serampangan. Dibutuhkan manajemen yang serius, komunikasi antar klub yang sehat, dan komitmen untuk bersama-sama membangun ekosistem bola voli yang lebih profesional.
Jika semua pihak—baik pelatih, atlet, panitia, hingga komunitas—saling menghargai dan mengikuti aturan, maka dunia bola voli Garut bukan hanya akan melahirkan pemain hebat, tapi juga generasi yang siap bersaing di tingkat yang lebih tinggi, dengan cara yang benar.
Karena pada akhirnya, menjadi juara bukan hanya soal skill, tapi juga soal karakter. Dan karakter itu dibangun dari sistem yang adil, tertib, dan saling menghormati. (*)